Selasa, 22 November 2011

Keris vs Senpi seperti Soft skill v Hard skill


Pernahkah anda tahu mengapa raja2 jaman dahulu lebih memilih keris daripada memilih senjata api (senpi)? Apa karena lebih murah? SALAH! atau karena lebih ringan? SALAH JUGA! terus karena apa?

Pertanyaan ini pernah aku tanyakan kepada diriku sendiri sewaktu dulu ayah menceritakan dengan gagahnya orang2 yang mengangkat keris dengan segala kesaktian yang dimilikinya dan dimiliki kerisnya.

Sebenarnya mana yang benar keris bisa membuat orang lebih sakti mandraguna atau orang yang bisa membuat sakti kerisnya? jawabannya pastilah kedua2nya. Keris menyimpan ribuan bahkan jutaan darasan doa2 yang terpapar dari mulut si empunya yang membuat keris ini menjadi sakti dan orang yang nanti membawanya juga harus mengimbanginya dengan berpuluh2 bahkan beratus2 hari berpuasa dan berpantang untuk hanya sekedar mampu 'membawanya'. Bandingkan dengan senjata api. Bahkan seorang berandalan pun mampu menentengnya kemana2 dan dijadikan sebagai sarana untuk menakut-nakuti orang2 di sekitarnya. Apa yang membuat keris istimewa? Apakah kegunaannya atau memang 'auranya' yang membuat keris lebih ditakuti daripada senpi dari masa ke masa?

Keris itu seperti lambang, ia bisa dilihat sebagai hanya sekedar senjata tajam yang memiliki gagang aneh dan sarung yang lebih aneh, atau ia juga bisa dilihat sebagai sebuah simbol status akan kekuasaan dan juga rahmat serta kekuatan yang tak nampak. Ia bermakna metafisis. Melihat proses pembuatannya kita bisa tahu bahwa keris yang benar2 keris bukan hanya sekedar pajangan memiliki sejarah panjang dan juga cerita yang bisa dibagikan dari generasi ke generasi. Ia merupakan manifestasi dari kerja keras, sikap laku prihatin, kerendahan hati, dan keutamaan2 yang seyogyanya dimiliki oleh semua manusia. Keris juga akan mengenali siapa yang akan menggunakannya. Jika ia tidak pantas maka keris ini akan melakukan pemberontakan seturut dengan sifatnya. Oleh karena itu keris sakti pasti dimiliki oleh orang sakti. Keris tidak bisa dibuat secara borongan dan sembrono. Keris yang dibuat demikian hanya digunakan untuk pajangan dan juga hiasan bukan untuk 'senjata' sesungguhnya, ia bagaikan pistol mainan. Keris juga memiliki sifat diam namun tegas. Tanpa harus mengeluarkan dari sarungnya seringkali kita melihat orang lari tunggang langgang karenanya. Hal itu mengisyaratkan bahwa keris itu bukan mengalahkan musuh dengan kasar dan keras melainkan dengan kelembutan dan ketegasannya (fortiter in re et suaviter in modo-lemah lembut dalam penyampaian namun tegas dalam prinsip). Intinya adalah makna virtual dari keris ini melebihi makna material yang ada walaupun makna material tidak bisa dikesampingkan begitu saja.

Mari sekarang kita bandingkan dengan senjata api. Senjata api adalah senjata yang menggunakan proyektil dan bubuk mesiu untuk melontarkannya. Bubuk mesiu pertama kali ditemukan pada abad ke 9 dan 3 abad kemudian senjata api tangan diperkenalkan di China (wikipedia). Nah semenjak itu senjata api diminati oleh orang2 dalam perang karena bisa membunuh orang dari jarak jauh. Semenjak itu pulalah pertempuran tidak lagi semenarik sebelumnya. Kecenderungan untuk membunuh sebanyak-banyaknya lawan lebih menguasai jalannya perang daripada menguasai lewat virtue kekuasaan. Semenjak itu pula kemenangan ditentukan lewat banyaknya pembantaian yang dilakukan bukan dengan cara ditundukkan. Senjata api menjadi favorite ketika jaman bergulir dengan nilai lebih pada efektivitas dan efisiensi. Ditengarai, senjata api lebih efektif dan efisien mengingat hanya membutuhkan satu peluru untuk membunuh musuh. Setelah itu produksi senjata api terjadi besar2an terutama di daratan eropa dan asia. Senjata api menjadi barang dagangan yang diperjual belikan murah dan kehilangan roh sakralnya sebagai alat untuk menundukkan jiwa. Ia tak lebih dari hanya sekedar alat pembunuh badan semata dan bukan jiwa. Cara pembuatannyapun massal, prosesnya cukup instan, dan lebih2 bahan yang digunakan adalah leburan logam dari mana saja tidak perlu logam yang istimewa. Pengguna senjata api ini lambat laun berkembang, tidak hanya para penguasa namun juga menyebar sampai kepada orang2 kecil dan bahkan berandalan jalanan. Intinya senjata api adalah sekedar alat tidak lebih...Ia bermakna satu alat pembunuh!

Dari perbandingan di atas, kita bisa sadar dan tahu bahwa Keris dan Senjata api memiliki perbedaan yang substansial dalam bendanya maupun kegunaannya. Kini kita akan membandingkan kembali keris vs senpi dengan soft-skill dan hard skill.

Soft skill
atau yang lebih kita kenal dengan ketrampilan lunak atau kepiawaian halus adalah ketrampilan atau kepiawaian seseorang berhubungan dengan sikap mental dan juga artikulasi dari proses berpikir logis sistematis. sedangkan hard skill atau yang lebih kita kenal dengan ketrampilan kasar atau kepiawaian kasar adalah ketrampilan atau kepiawaian seseorang berhubungan dengan kemampuan fisik yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah atau tugasnya. Keduanya bekerja bersamaan seperti dua muka dalam satu keping mata uang logam. contohnya adalah jika seseorang ingin mendaki gunung, ia harus memiliki setidak-tidaknya dua modal. Modal yang pertama adalah fisik yang kuat, pengetahuan tentang gunung dan hutan yang baik (hard skill) dan yang kedua adalah pantang menyerah, tidak mudah panik (soft skill).

Bagi sebagian besar orang, hard skill lebih utama daripada soft skill. Tapi menurut saya, ketrampilan lunak atau kepiawaian halus merupakan modal utama seseorang mampu berhasil dalam setiap tugas2 dan ujian2nya. mengapa demikian. Soft skill itu seperti keris dalam perbandingan di atas. Ia hadir atau dihadirkan dalam beberapa proses yang tidak bisa instan. Ia memampukan seseorang berhadapan dengan berbagai macam tugas2 dan ujian2. Ia juga mengenal apakah orang ini layak menyandang soft skill yang istimewa atau tidak.

Soft skill dibuat dalam proses layaknya proses keris yang lama, tidak sederhana, dan cenderung membutuhkan banyak usaha yang seolah-olah tidak berguna. Memahami makna untuk tidak mudah menyerah lebih susah daripada keahlian berdiplomasi saat kalah. Soft skill juga memampukan orang melewati tugas dan tantangannya. Dan lebih lagi lewat pelampauan itu, ia bisa belajar melampaui tugas dan tantangannya yang lain lewat pengalamannya terdahulu. Ketrampilan untuk mampu mengontrol diri tidak hanya bisa mengatasi masalah tersesat di tengah hutan belantara, namun juga bisa digunakan pada saat yang lain seperti dalam presentasi di depan para pemilik saham di sebuah perusahaan. Soft skill juga mengenal kepada siapa ia akan mengabdikan dirinya. Orang yang malas dan cenderung ceroboh tidak akan pernah mendapatkan 'rahmat' soft skill, karena soft skill bukanlah rahmat semata2 yang disematkan kepada kita (given) tetapi, ketrampilan ini lebih pada pencapaian (taken).

Nah sekarang kita pasti bisa menduga mengapa orang2 berkuasa jaman dahulu lebih senang menggunakan keris daripada menggunakan senjata api....bagaimana dengan anda???? saya memilih keris maka dari itu saya memegangnya!

Tidak ada komentar: