Senin, 21 November 2011

GARUDA YANG TERLUKA!

GARUDA YANG TERLUKA!
(sebuah ulasan akan jiwa yang gundah)

Baru2 saja kita rakyat Indonesia tertunduk lesu melihat kekalahan para Garuda muda di pentas final sepak bola SEA GAMES ke 26 di kandang sendiri.....rasa kesal, rasa gundah, rasa marah bercampur aduk dalam sebuah nuansa kekalahan......

Banyak pihak yang mencoba membuat komentar2 dalam status BBM ataupun status2 di situs2 jejaring sosial yang intinya tetap mengajak bangsa Indonesia tetap menegakkan kepala karena kekalahan dalam sebuah pertandingan adalah hal yang lumrah.. namun benarkah demikian??

Selama 20 tahun sudah kita menunggu momen yang tepat untuk merebut kembali gelar juara di tanah air, namun hal itu sepertinya nampak tidak mungkin sekarang mengingat kekalahan yang sudah kita telan semalam....pernyataan wajar dalam benak setiap orang: Ada apa dengan timnas Indonesia? walau sudah banyak orang mecoba membuat analisa menurut pendapat mereka masing2, namun sudahkah kita menyadari bahwa akar dari ini semua, menurut saya, adalah ketidak seimbangan antara skill atau kemampuan kinerja dengan mental dari bangsa kita.

Saya mengatakan disini mental bukan hanya mental individu saja melainkan juga mental bangsa secara keseluruhan. Mental bangsa kita sekarang ini terpuruk dalam sebuah jurang yang hanya bisa diangkat lewat sebuah niat bersama untuk merubahnya tidak hanya dari segelintir kita melainkan juga lewat semua elemen masyarakat.

Step2 atau langkah2 yang bisa diambil adalah:

1. Budayakan untuk mengatakan 3 kata kunci: tolong, maaf, dan terimakasih! bukankah 3 kata kunci ini merupakan ajaran nenek moyang kita ketika kita masih kecil?

Kata 'tolong' ketika kita memang membutuhkan pertolongan dan tidak perlu sungkan2 bahkan gengsi untuk memintanya dan buatlah semangat menolong sebagai semagat yang selalu hidup dalam masyarakat....jika memang semangat ini disalahgunakan kita tidak pernah merasa rugi untuk menolong orang walaupun orang itu mencoba mengambil keuntungan daripadanya.

Kata 'maaf' adalah senjata yang ampuh untuk menerima kesalahan dan kekalahan tanpa harus mencari kambing hitam dan kambing putih. Di Indonesia kata maaf memang sangat banyak terdengar namun apakah maaf itu hanya sekedar kata? maaf itu mengandung unsur pertanggung jawaban. Artinya kita harus dengan jiwa besar bisa melihat mengapa kita bisa salah dan kalah, lalu mengambil langkah yang sekiranya perlu. Jika kita merasa tidak mampu kita bisa memberikan kesempatan itu pada orang lain yang mungkin merasa lebih mampu. Artinya pertanggung jawaban kita mengandaikan kita merugi dalam berbagai aspek namun kita bisa mengambil manfaat dari kebesaran hati kita dengan kata lain menghilangkan keserakahan diri kita. Banyak pejabat Indonesia yang melontarkan kata maaf namun tidak serta merta diikuti dengan tindakan nyata rasa maaf itu. Secara lugas kita bisa mengatakan "Mundurlah jika memang tidak mampu." atau "Teruskan jika memiliki terobosan yang tidak dimiliki banyak orang!" memang implikasi dari kata maaf ini bisa mencapai kedalaman yang tidak pernah kita bisa duga sebelumnya.

Kata 'terimakasih' adalah kata yang paling indah yang menunjukka keagungan indonesia dan kerendahan hati menerima segala keberhasilan sebagai usaha bersama bangsa dan bukan karena diri sendiri. Ucapan terimakasih seringkali kita dengar saat ada keberhasilan dan kemenangan, namun tidak untuk KESEMPATAN dalam kekalahan dan kegagalan. Seharusnyalah kita mengucap terimakasih atas segala kesempatan dan hasil yang sudah kita capai. Terimakasih kita bukan untuk kekalahan dan kegagalan kita tetapi kepada semua orang yang telah memberikan kesempatan untuk kalah dan gagal dan untuk semua orang yang tetap mendukung walau dalam kekalahan dan kegagalan. Terimakasih akan mendidik kita untuk bisa menatap masa depan lebih gemilang.

2. Budayakan berpikir dan mengerti hukum tentang kebebasan dan tanggung jawab.

Negara kita adalah negara yang bebas, namun kebebasan itu tidak bisa diartikan sebagai tindakan terserah yang cenderung ngawur, tindakan yang seperti itu malah dinilai tindakan yang tidak bebas. Tindakan bebas itu dibedakan menjadi dua: bebas dari dan bebas untuk. Untuk hal yang pertama bebas dari, kita menyadari bahwa kita sudah terbebas dari segala macam bentuk penjajahan, tapi apakah benar demikian? ternyata tidak! kita tidak benar2 terbebas dari budaya ikut2an dan budaya bertahan pada situasi yang nyaman. Penjajahan pikiran lebih berbahaya daripada penjajahan secara fisik karena di dalam penjajahan pikiran kita tidak betul2 menyadari bahwa kita terjajah, dan yang lebih parahnya penjajahan pikiran cepat sekali menyebar. Nah kita harus terbebas dari itu semua.

Bebas untuk adalah bebas untuk menentukan sebuah tindakan. Namun jangan hanya berhenti pada titik itu, kita harus lebih berpikir maju mengenai kebebasan mengambil sebuah tindakan, karena didalam tindakan terkandung tanggung jawab. Contoh sederhana: melanggar lampu merah itu adalah kebebasan namun tanggung jawabnya adalah jika mengalami kecelakaan maka tanggung jawab itu harus kita ambil sebagai konsekuensi logis. Apakah kita siap akan hal itu?

3. Budayakan membaca!

Apakah kita tahu ada berapa banyak manfaat dari membaca? mungkin yang sudah kita tahu adalah menambah wawasan. Namun apakah kita tahu bahwa membaca juga bisa merubah mentalitas kita? Membaca itu adalah sarana untuk bertahan dalam situasi yang sulit, sarana untuk memahami orang lain, sarana untuk melunakkan ke-sok-tahuan kita, dan sarana untuk mengasah daya nalar dan daya refleksi kita. Berapa banyak orang Indonesia yang membaca setiap harinya? Membaca disini membaca media apa saja yang berisi tulisan dan juga pemahaman yang membutuhkan proses menerima-mengolah-dan memutuskan. Bangsa kita sudah lelah sebelum membaca......apakah benar demikian...jawaban saya: MEMANG!

Buktinya Indonesia lebih condong mengutamakan tontonan daripada buku-buku. Ada banyak orang yang menjadi plagiat karena malas membaca. Ada ribuan orang yang tertipu karena tidak membaca MoU yang sudah dilemparkan atau setidak2nya bertanya jika ada yang tidak jelas.

Kembali lagi ke masalah kekalahan timnas muda kita. Apakah ini lumrah?? jawabannya tidak. Ini hanyalah puncak dari gunung es ke-infantilan mentalitas kita yang malas kita olah dan malas kita tilik kembali karena sudah menjadi semacam sampah dalam diri kita namun kita malas untuk membersihkannya.

Apakah kita mampu menggenggam kemenangan, bukan kemenangan bangsa kita tetapi kemenangan atas pembangunan mental kita masing2 yang akan berujung pada sebuah hadiah istimewa yakni kejayaan mental bangsa dimasa datang. Tidak hanya dalam setiap pertandingan kita akan mengalami kemenangan namun juga dalam perundingan, dalam harga tawar terhadap bangsa lain, dan juga kemenangan dalam menanggulangi setiap masalah yang ada dalam diri bangsa kita.

Padamu negri kami mengabdi!!!!

Tidak ada komentar: