Senin, 21 November 2011

Free will

Kebebasan ber-Kehendak (Free Will)

Kebebasan berkehendak atau sering disebut kehendak bebas adalah permasalahan klasik dari eksistensi manusia yang nantinya berhubungan dengan eksistensi Tuhan. Dalam kesempatan kali ini saya mencoba ingin mengetengahkan masalah ini untuk kita renungkan dan kita diskusikan bersama.

Kehendak bebas adalah sarana yang dimiliki manusia untuk bisa menentukan dan memutuskan keputusan atau tindakan apa yang akan diambil. Kehendak bebas disini mengandaikan penggunakan aspek2 seperti: akal budi, perasaan, dan juga intuisi. Oleh karena itu hewan tidak memiliki kehendak bebas.

Pertanyaan yang paling utama adalah: "Apakah kehendak bebas kita bisa menentukan masa depan kita? atau sebenarnya kehendak bebas kita itu dikuasai oleh kehendak Tuhan? (pengandaian jika ada Tuhan, jika tidak, pertanyaan pertama tetap berlaku)

Saya akan mencoba mengulas kedua pertanyaan secara bersamaan. Kehendak bebas pada satu sisi memang bisa menentukan masa depan kita, oleh karena itu ada ungkapan bermimpilah yang besar karena mungkin suatu saat mimpi itu bisa terwujud. Akan tetapi di sisi lain kehendak bebas dari manusia 'dibatasi' oleh yang namanya kehendak Tuhan atau orang sering menyebutnya dengan takdir.

Jika orang menganggap tidak ada Tuhan, dengan demikian tidak ada kehendak Tuhan juga, maka mereka tidak perlu menerima kepastian akan adanya kematian yang merupakan satu2nya bukti kuat akan adanya kehendak Tuhan sebagai sebuah hal yang menjadi pertimbangan walaupun nantinya akan dibahas hal lain yang bisa dijadikan pertimbangan utama. Karena kematian dengan berbagai cara adalah keniscayaan maka unsur kehendak Tuhan disini akan tetap saya bawa dalam argumen2 mengenai kehendak bebas yang berikutnya.

Kehendak bebas itu memang merupakan sarana bagi manusia untuk menentukan hidupnya kelak. Kehendak bebas memampukan manusia untuk secara pribadi memutuskan ke arah mana ia akan melangkahkan kakinya dan mencari tujuan hidupnya. Oleh karena itu mau jadi apa kita kelak tergantung pada kehendak bebas kita. Akan tetapi tidak serta merta kehendak kita akan membawa kita pada apa yang kita dambakan,masih ada proses panjang yang pantas kita lewati untuk menguji kemurnian dari kehendak bebas kita dan juga menguji seberapa kuat kehendak kita itu.

Ketika kita dihadapkan pada sebuah masalah atau hambatan yang bisa menggagalkan mimpi kita, pada saat itulah sebenarnya kemurnian kehendak bebas kita ditantang atau diuji, bagaikan emas yang diuji dalam bara api.

Nah apa yang bisa menyebabkan kehendak bebas kita mandeg atau tertahan bahkan terhenti? jawabannya hanya satu yaitu kehendak Tuhan. Lalu pertanyaannya kemudian adalah kalau kehendak Tuhan yang bisa menggagalkan kehendak bebas kita, artinya kehendak kita menjadi tidak bebas lagi? Bagaimana menyelesaikan dilema ini?

Kehendak bebas kita adalah turunan dari kehendak bebas Tuhan. Oleh karena itu kebebasan disini mengandung unsur jumlah kekuatan. Secara singkat bisa kita katakan bahwa kehendak bebas manusia dan Tuhan memiliki kualitas yang sama namun dengan kuantitas yang berbeda. Pastilah kita akan menyimpulkan bahwa kuantitas dari kehendak bebas Tuhan lebih besar karena Tuhanlah yang menganugerahkan kehendak bebas kita. Dengan demikian jelaslah bahwa memang Tuhan lebih berkuasa dalam hal berkehendak namun pada skala tertentu manusia memiliki kebebasannya untuk memutuskan dan melakukan sesuatu dan dengan demikian pula dilema mengenai kemahakuasaan Tuhan dan kehendak bebas manusia terjawab.

Apakah ada keadilan dalam sebuah takdir? Karena takdir menyangkut masalah kebebasan kehendak manusia maka akan kita bahas mengenai hal ini. Takdir adalah cara misterius yang Tuhan tunjukkan pada kita untuk mengetahui maksud dan tujuan kehendakNya. Mengapa saya sebut misterius karena mengandung unsur ketidakjelasan dan menjadi sebuah pertanyaan tanpa ada jawaban yang pasti mengenai hal ini. Namun di sisi lain takdir sebenarnya juga mengandung unsur kebebasan manusia. Tidak ada yang murni takdir dari Tuhan karena tidak ada kecelakaan atau bencana yang tidak melibatkan kehendak bebas manusia.

Bahkan sepasang pendaki Jerman yang mati karena kejatuhan batu sebesar rumah di atas gunung Merapi (pasar bubrah-red) pun bukan karena takdir buta artinya dari kehendak Tuhan semata, bahwa Tuhan menghendaki mereka kejatuhan batu, namun lebih pada kehendak bebas dari manusianya sendiri yang mengambil keputusan untuk mendaki gunung dengan resiko mengalami bencana. Jika kita mau mengambil contoh yang lain misalnya seorang yang meninggal karena serangan jantung saat dia duduk2 di depan terasnya. Sebagian besar orang mengatakan bahwa itu memang sudah waktunya untuk dipanggil. Namun sadarkah kita jika penyakit jantung itu mungkin dibangun dalam dirinya dalam kehendak bebasnya? Nah bagaimana dengan orang yang menanggung cacat sejak lahirnya dan mati akibat kecacatannya? apakah keadaan mereka juga akibat dari kehendak bebas mereka sendiri?

Kecacatan dapat dilihat dari dua sisi: sisi positif dan negatif. Kita memiliki kecenderungan bahwa kecacatan selalu bernilai negatif karena memang menyusahkan dan tidak membuat kebahagiaan. Inilah yang menyebabkan banyak orang tidak mau menerima dengan lapang dada keadaan yang diberikan (given) kepada mereka. Skala penilaian baik buruk antara Tuhan dan manusia memang berbeda, demikian pula dengan kecacatan. Tuhan melihat semua baik adanya sedangkan manusia melihat kecacatan sebagai unsur negatif atau bahkan kutukan Tuhan. Jika mereka mengalami kematian karena kecacatannya, siapakah yang bertanggung jawab atas hal itu? Kehendak bebasnyakah yang menginginkan dia mati atau kehendak Tuhan? Kecacatan seseorang tidak akan pernah membuahkan kematian jika tidak ada campur tangan dari manusia itu sendiri baik dirinya sendiri maupun orang lain yang menanganinya. Artinya jika seseorang diperkenankan hidup, walau dengan kecacatan, ia akan tetap hidup karena kehendak Tuhan mengatakan demikian namun kematian disini pastilah mengandung unsur kebebasan dari kehendak manusia yang menerima, merawat, dan memperhatikan dia.

Dari ulasan diatas, jelaslah kini bahwa kehendak bebas manusia adalah manifestasi kecil dari kehendak Tuhan yang selalu ada di sekitar kita. Kita bisa membuat takdir kita sendiri (we are the master of our own destiny) dan di sisi lain kita memang perlu menyelaraskan kehidupan kita dengan kehendak Tuhan sehingga hidup kita merupakan sebuah perjalanan panjang peziarahan akan rahmat kehendak bebas manusia!

Bermimpilah yang besar dan jangan lupa diskusikanlah mimpimu kepada Dia yang memiliki kehidupan!

Tidak ada komentar: