Rabu, 23 November 2011

Mendengarkan!

"Sound does matter!" inilah tagline dari piranti multimedia yang terkenal untuk mendengarkan sound dari player kita.....Monster Beats dari Dr. Dre!

Hampir di setiap saat di seputaran Jabodetabek, kita selalu melihat orang2 di sekitar kita menggunakan alat untuk mendengarkan sesuatu yang langsung menuju ke telinga mereka. Memang tidak ada hubungannya sama sekali antara qualitas musik yang mereka dengarkan dengan kualitas gadget yang mereka pakai. Namun walaupun kita tidak sadar, ternyata kualitas musik bisa ditentukan salah satunya dari kualitas headphone atau earphone yang kita pakai. Salah duanya tidak salah lagi adalah playernya, dan salah tiganya adalah kualitas recording dari musik itu sendiri.

Saya mengalami sendiri mendengarkan dengan earphone berharga 10 ribu tiga sampai kualitas headphone kelas dunia seharga jutaan rupiah satu buah yang dihadirkan oleh Monster Beats. Kalau dilihat sekilas, semuanya menghasilkan suara, namun suara yang seperti apa yang dihasilkan dari earphone dari berbagai macam gaya dan harga itu? Pastilah berbeda2 tiap orangnya memaknai arti mendengarkan musik atau multimedia yang lain. Bagi seorang musisi mendengarkan musik yang indah adalah kewajiban supaya ia bisa menghasilkan musik2 yang indah. Artinya seorang musisi secara tidak langsung bisa jadi dipengaruhi oleh kualitas dari peralatan untuk memutar dan mendengarkan musik itu sendiri.

Mendengarkan musik bagi sebagian orang adalah jalan atau sarana untuk menghilangkan stress menghilangkan penat, menghilangkan prasangka buruk dan bisa menentramkan jiwa, sehingga nanti outcomenya adalah tidak mudah marah, selalu terlihat awet muda, dan ceria. Akan tetapi tahukah kita bahwa mendengarkan itu merupakan sebuah seni? Seni dimana si pendengar diam dan memfokuskan dirinya untuk mendengar sehingga suara atau bunyi dari yang kita dengar bisa mempengaruhi badan, pikiran dan jiwa kita. Jika mendengarkan itu sudah biasa kita lakukan, pertanyaannya sekarang adalah, mengapa kita sulit sekali mendengarkan sesuatu yang ada di sekeliling kita dan cenderung acuh terhadap suara2 di sekitar kita?

Mendengarkan...adalah sebuah kata yang mudah dan sering kita jumpai di kalangan masyarakat baik dari tingkat bawah dengan status sosial rendah sampai tingkat tinggi dengan status sosial yang dihormati. Akan tetapi apakah mendengarkan itu pekerjaan yang mudah? Jika kita senang mendengarkan musik, berita, cerita seharusnya mendengarkan bukanlah hal yang sulit, namun ternyata kenyataan seperti itu tidak terbukti akurat. Banyak orang tidak mampu mendengarkan dengan baik suara2 di sekitarnya bahkan suara2 yang muncul dari kedalaman dirinya seperti suara hati. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Mendengarkan musik dan mendengarkan keluh kesah seseorang itu dua hal yang berbeda. Satu mendengarkan yang kita mau dengarkan dan yang kedua mendengarkan sesuatu yang mungkin tidak mau kita dengarkan. Manusia memiliki kecenderungan untuk mendengarkan sesuatu yang mereka mau dengarkan, dan ia juga memiliki kecenderungan untuk meninggalkan sesuatu yang tidak ingin mereka dengarkan seperti memindahkan lagu ke lagu berikutnya jika lagu tersebut tidak cocok dengan situasi saat itu, atau memiliki kecenderungan untuk menuntaskan perbincangan jika tema yang diambil adalah sesuatu yang tidak kita rasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan setidaknya untuk kita saat itu.

Persis disini titik kita mau berangkat untuk belajar mendengarkan. Pertama-tama mendengarkan lingkungan sekitar kita atau situasi di sekitar kita dan tahap berikutnya adalah mendengarkan diri kita sendiri. Mendengarkan yang saya maksud adalah mendengarkan segala hal di lingkungan sekitar kita untuk kebaikan. Ada orang yang senang dengan mendengarkan gosip2, atau ada orang yang suka mendengarkan orang lain bertengkar atau membicarakan sesuatu (menguping). Bukan hal2 seperti itulah yang saya katakan untuk kebaikan. Tidak ada kebaikan sama sekali dengan mendengarkan gosip dan menguping pembicaraan orang atau pertikaian orang, namun entah mengapa kita justru senang mendengarkan itu. Mendengarkan disini saya maksud adalah mendengarkan berita, cerita, keluh kesah, dan pembicaraan2 seputar keprihatinan di lingkungan kita. Dengarkan dengan seksama dan pikirkanlah langkah yang perlu untuk bisa mengatasi keprihatinan2 itu, kemudian lakukan seperti jika kita senang dengan sebuah lagu kita biasanya menyenandungkan liriknya dalam hati atau secara verbal. Langkah selanjutnya kita baru mendengarkan sesuatu yang sulit walaupun paradoxnya adalah bahwa hal itu merupakan yang paling dekat yaitu mendengarkan suara hati kita. Suara hati adalah suara yang ada dalam diri kita yang selalu mengarahkan kita pada sebuah kebenaran. Kita seringkali mengabaikan karena kita menganggap bahwa segala sesuatu bisa diperdebatkan walaupun hal itu merupakan kebaikan uniersal. Contoh sederhana adalah ketika kita mau merencanakan sebuah kejahatan, kita seringkali mengabaikan suara hati yang selalu mengetuk pintu hati dan pikiran kita. Akibatnya ketika kita lakukan hal itu, kita merasa bahwa tidak ada permasalahan yang datang dan tanpa sengaja kita menutup telinga hati kita pada suara2 yang indah seperti kita menutup telinga kita saat kita mendengar musik yang indah.

Mendengarkan sesuatu yang berguna bagi kita adalah mendengarkan sesuatu yang baik. Seperti mendengarkan musik yang baik, kita juga ingin mendengarkan hal2 yang baik di sekitar kita ataupun jika itu terdengar buruk kita sadar bahwa kalo kita mau, pasti kita bisa membuatnya menjadi lebih baik dan tidak melewatkannya begitu saja. Jika instrumen untuk kita mendengarkan kita asah setiap saat maka kita tahu bahwa instrumen itu akan berubah menjadi istimewa dan luar biasa tanpa harus mengeluarkan banyak biaya seperti kalau kita ingin mendengarkan dari piranti yang mahal, yang otomatis juga memiliki kualitas suara yang baik. Jika kita memekakan diri kita, maka suara memang menjadi permasalahan utamanya, seperti tagline dari produsen alat mendengarkan yang terkenal; Monster Beats!

Pekakanlah suara di sekitarmu dan sadarlah bahwa suara2 keprihatinan di sekitarmu dan suara hatimu jauh lebih indah daripada musik duniawi yang ada karena suara2 itu adalah musik jiwa yang tak pernah berhenti menghentak sanubari kita untuk kita dengarkan!

Mari mendengarkan!

(Terinspirasi dari penggunaan Beats saat pergi ke Ciawi)

Selasa, 22 November 2011

Pure Heart


"The true mind can weather all the lies and illusions without being lost. The true heart can touch the poison of hatred without being harmed. Since the beginning-less time, darkness thrives in the void, but always yield to purifying light!" (Lion Turtle-Avatar Aang-Comet Sozin)

Selamat pagi kawan,

Apa yang akan anda lakukan setelah bangun pagi? Melamun? Merencanakan hari itu? Berdoa? atau mencoba menata hati untuk mempersiapkan segala sesuatu dalam diri kita? Hal yang terakhir sepertinya jarang sekali saya dengar dari diskusi2 kawan2 saya. Kebanyakan dari mereka, bangun lalu mempersiapkan hal2 yang akan dipakai hari itu, meminum kopi atau sekedar duduk2 kemudian mandi dan siap untuk melakukan aktivitas.

Pernahkah anda tahu kegunaan dari penataan hati di pagi hari? Sadar atau tidak kita seringkali melakukannya walaupun tidak memiliki intensi untuk itu. Seringkali kita duduk sejenak untuk menarik nafas memberikan kesempatan kepada batin kita untuk tenang, tidak berbicara, dan mencoba menata pikiran kita sedemikian sehingga siap digunakan untuk kegiatan hari itu. Jika kita melakukan kegiatan semacam ini secara rutin dan teratur kita pasti akan menerima manfaatnya secara utuh. Seperti shout out di atas, penataan hati berguna untuk membuat hati kita murni dari segala pikiran yang jahat dan tetap fokus pada tujuan hidup kita.

Orang2 timur seringkali melakukan hal ini dengan gaya meditasi atau kontemplasi. Untuk melakukannya tidak diperlukan tempat atau uang yang banyak, hanya dibutuhkan niat dan juga usaha yang kuat dari individu itu sendiri. Dibawah ini akan saya sajikan langkah2 sederhana untuk bisa melakukan penataan hati.

1. Duduklah dengan tenang, bisa bersila atau bisa diatas kursi. Aturlah nafas dengan baik sehingga kita merasakan detak jantung kita lebih teratur. Cobalah untuk fokuskan pikiran kita kepada nafas kita setelah itu cobalah untuk mendengarkan suara2 di sekitar kita. Ulanglah kegiatan itu sampai kita benar2 merasakan tenang dalam hati dan juga pikiran.

2. Langkah selanjutnya yang lebih dalam adalah coba bayangkan anda semua dalam proses menjalani hari itu. Lihatlah kejadian2 yang mungkin atau pernah terjadi pada anda dari pagi sampai kegiatan anda usai di malam hari, hal ini seperti menonton film hidup kita sendiri. Cermati apakah ada gerak2 batin yang perlu untuk kita ubah dan kita siasati sehingga kita tidak jatuh dalam permasalahan yang sama. Coba lihat juga kesenjangan di sekitar kita, hal ini bisa membangkitkan semangat sosial kita untuk bisa peka terhadap situasi lingkungan dan melakukan tindakan yang perlu untuk kebersamaan. Lakukanlah hal semacam ini setidaknya dua kali dengan set atau penggambaran yang berbeda.

3. Langkah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah pembuatan niat untuk hari itu. Nah disini dibutuhkan keterbukaan hati untuk mau dan mampu menjadikan diri kita bagian dari kebaikan yang telah dunia berikan kepada kita. Niat disini tidak perlu yang muluk2 tetapi lebih pada tindakan nyata yang kita bisa lakukan untuk hari itu. Ada baiknya juga setelah pembuatan niat, kita bisa menuliskan apa saja yang kita rasakan selama tiga proses ini kedalam sebuah tulisan dalam diary kita atau dalam buku khusus refleksi kita.

Jika hal ini tidak bisa dilakukan di rumah bisa juga dilakukan di tempat pekerjaan sebelum semuanya dimulai. Yakinlah pasti kita mendapatkan sesuatu yang berguna bagi hidup kita dari hari ke hari. Sebagian orang melakukannya dengan gerakan yoga atau tai chi namun jika kita tidak melakukan keduanya bisa dengan langkah2 sederhana seperti di atas.

Semoga kita bisa mencecap keindahan hari lewat kemurnian hati dan budi yang kita tumbuhkan dari awal hari kita. Silahkan dicoba sobat dan jika berhasil sebarkan ini sebagai buah dari kebaikan.

tabik!

Keris vs Senpi seperti Soft skill v Hard skill


Pernahkah anda tahu mengapa raja2 jaman dahulu lebih memilih keris daripada memilih senjata api (senpi)? Apa karena lebih murah? SALAH! atau karena lebih ringan? SALAH JUGA! terus karena apa?

Pertanyaan ini pernah aku tanyakan kepada diriku sendiri sewaktu dulu ayah menceritakan dengan gagahnya orang2 yang mengangkat keris dengan segala kesaktian yang dimilikinya dan dimiliki kerisnya.

Sebenarnya mana yang benar keris bisa membuat orang lebih sakti mandraguna atau orang yang bisa membuat sakti kerisnya? jawabannya pastilah kedua2nya. Keris menyimpan ribuan bahkan jutaan darasan doa2 yang terpapar dari mulut si empunya yang membuat keris ini menjadi sakti dan orang yang nanti membawanya juga harus mengimbanginya dengan berpuluh2 bahkan beratus2 hari berpuasa dan berpantang untuk hanya sekedar mampu 'membawanya'. Bandingkan dengan senjata api. Bahkan seorang berandalan pun mampu menentengnya kemana2 dan dijadikan sebagai sarana untuk menakut-nakuti orang2 di sekitarnya. Apa yang membuat keris istimewa? Apakah kegunaannya atau memang 'auranya' yang membuat keris lebih ditakuti daripada senpi dari masa ke masa?

Keris itu seperti lambang, ia bisa dilihat sebagai hanya sekedar senjata tajam yang memiliki gagang aneh dan sarung yang lebih aneh, atau ia juga bisa dilihat sebagai sebuah simbol status akan kekuasaan dan juga rahmat serta kekuatan yang tak nampak. Ia bermakna metafisis. Melihat proses pembuatannya kita bisa tahu bahwa keris yang benar2 keris bukan hanya sekedar pajangan memiliki sejarah panjang dan juga cerita yang bisa dibagikan dari generasi ke generasi. Ia merupakan manifestasi dari kerja keras, sikap laku prihatin, kerendahan hati, dan keutamaan2 yang seyogyanya dimiliki oleh semua manusia. Keris juga akan mengenali siapa yang akan menggunakannya. Jika ia tidak pantas maka keris ini akan melakukan pemberontakan seturut dengan sifatnya. Oleh karena itu keris sakti pasti dimiliki oleh orang sakti. Keris tidak bisa dibuat secara borongan dan sembrono. Keris yang dibuat demikian hanya digunakan untuk pajangan dan juga hiasan bukan untuk 'senjata' sesungguhnya, ia bagaikan pistol mainan. Keris juga memiliki sifat diam namun tegas. Tanpa harus mengeluarkan dari sarungnya seringkali kita melihat orang lari tunggang langgang karenanya. Hal itu mengisyaratkan bahwa keris itu bukan mengalahkan musuh dengan kasar dan keras melainkan dengan kelembutan dan ketegasannya (fortiter in re et suaviter in modo-lemah lembut dalam penyampaian namun tegas dalam prinsip). Intinya adalah makna virtual dari keris ini melebihi makna material yang ada walaupun makna material tidak bisa dikesampingkan begitu saja.

Mari sekarang kita bandingkan dengan senjata api. Senjata api adalah senjata yang menggunakan proyektil dan bubuk mesiu untuk melontarkannya. Bubuk mesiu pertama kali ditemukan pada abad ke 9 dan 3 abad kemudian senjata api tangan diperkenalkan di China (wikipedia). Nah semenjak itu senjata api diminati oleh orang2 dalam perang karena bisa membunuh orang dari jarak jauh. Semenjak itu pulalah pertempuran tidak lagi semenarik sebelumnya. Kecenderungan untuk membunuh sebanyak-banyaknya lawan lebih menguasai jalannya perang daripada menguasai lewat virtue kekuasaan. Semenjak itu pula kemenangan ditentukan lewat banyaknya pembantaian yang dilakukan bukan dengan cara ditundukkan. Senjata api menjadi favorite ketika jaman bergulir dengan nilai lebih pada efektivitas dan efisiensi. Ditengarai, senjata api lebih efektif dan efisien mengingat hanya membutuhkan satu peluru untuk membunuh musuh. Setelah itu produksi senjata api terjadi besar2an terutama di daratan eropa dan asia. Senjata api menjadi barang dagangan yang diperjual belikan murah dan kehilangan roh sakralnya sebagai alat untuk menundukkan jiwa. Ia tak lebih dari hanya sekedar alat pembunuh badan semata dan bukan jiwa. Cara pembuatannyapun massal, prosesnya cukup instan, dan lebih2 bahan yang digunakan adalah leburan logam dari mana saja tidak perlu logam yang istimewa. Pengguna senjata api ini lambat laun berkembang, tidak hanya para penguasa namun juga menyebar sampai kepada orang2 kecil dan bahkan berandalan jalanan. Intinya senjata api adalah sekedar alat tidak lebih...Ia bermakna satu alat pembunuh!

Dari perbandingan di atas, kita bisa sadar dan tahu bahwa Keris dan Senjata api memiliki perbedaan yang substansial dalam bendanya maupun kegunaannya. Kini kita akan membandingkan kembali keris vs senpi dengan soft-skill dan hard skill.

Soft skill
atau yang lebih kita kenal dengan ketrampilan lunak atau kepiawaian halus adalah ketrampilan atau kepiawaian seseorang berhubungan dengan sikap mental dan juga artikulasi dari proses berpikir logis sistematis. sedangkan hard skill atau yang lebih kita kenal dengan ketrampilan kasar atau kepiawaian kasar adalah ketrampilan atau kepiawaian seseorang berhubungan dengan kemampuan fisik yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah atau tugasnya. Keduanya bekerja bersamaan seperti dua muka dalam satu keping mata uang logam. contohnya adalah jika seseorang ingin mendaki gunung, ia harus memiliki setidak-tidaknya dua modal. Modal yang pertama adalah fisik yang kuat, pengetahuan tentang gunung dan hutan yang baik (hard skill) dan yang kedua adalah pantang menyerah, tidak mudah panik (soft skill).

Bagi sebagian besar orang, hard skill lebih utama daripada soft skill. Tapi menurut saya, ketrampilan lunak atau kepiawaian halus merupakan modal utama seseorang mampu berhasil dalam setiap tugas2 dan ujian2nya. mengapa demikian. Soft skill itu seperti keris dalam perbandingan di atas. Ia hadir atau dihadirkan dalam beberapa proses yang tidak bisa instan. Ia memampukan seseorang berhadapan dengan berbagai macam tugas2 dan ujian2. Ia juga mengenal apakah orang ini layak menyandang soft skill yang istimewa atau tidak.

Soft skill dibuat dalam proses layaknya proses keris yang lama, tidak sederhana, dan cenderung membutuhkan banyak usaha yang seolah-olah tidak berguna. Memahami makna untuk tidak mudah menyerah lebih susah daripada keahlian berdiplomasi saat kalah. Soft skill juga memampukan orang melewati tugas dan tantangannya. Dan lebih lagi lewat pelampauan itu, ia bisa belajar melampaui tugas dan tantangannya yang lain lewat pengalamannya terdahulu. Ketrampilan untuk mampu mengontrol diri tidak hanya bisa mengatasi masalah tersesat di tengah hutan belantara, namun juga bisa digunakan pada saat yang lain seperti dalam presentasi di depan para pemilik saham di sebuah perusahaan. Soft skill juga mengenal kepada siapa ia akan mengabdikan dirinya. Orang yang malas dan cenderung ceroboh tidak akan pernah mendapatkan 'rahmat' soft skill, karena soft skill bukanlah rahmat semata2 yang disematkan kepada kita (given) tetapi, ketrampilan ini lebih pada pencapaian (taken).

Nah sekarang kita pasti bisa menduga mengapa orang2 berkuasa jaman dahulu lebih senang menggunakan keris daripada menggunakan senjata api....bagaimana dengan anda???? saya memilih keris maka dari itu saya memegangnya!

Senin, 21 November 2011

Free will

Kebebasan ber-Kehendak (Free Will)

Kebebasan berkehendak atau sering disebut kehendak bebas adalah permasalahan klasik dari eksistensi manusia yang nantinya berhubungan dengan eksistensi Tuhan. Dalam kesempatan kali ini saya mencoba ingin mengetengahkan masalah ini untuk kita renungkan dan kita diskusikan bersama.

Kehendak bebas adalah sarana yang dimiliki manusia untuk bisa menentukan dan memutuskan keputusan atau tindakan apa yang akan diambil. Kehendak bebas disini mengandaikan penggunakan aspek2 seperti: akal budi, perasaan, dan juga intuisi. Oleh karena itu hewan tidak memiliki kehendak bebas.

Pertanyaan yang paling utama adalah: "Apakah kehendak bebas kita bisa menentukan masa depan kita? atau sebenarnya kehendak bebas kita itu dikuasai oleh kehendak Tuhan? (pengandaian jika ada Tuhan, jika tidak, pertanyaan pertama tetap berlaku)

Saya akan mencoba mengulas kedua pertanyaan secara bersamaan. Kehendak bebas pada satu sisi memang bisa menentukan masa depan kita, oleh karena itu ada ungkapan bermimpilah yang besar karena mungkin suatu saat mimpi itu bisa terwujud. Akan tetapi di sisi lain kehendak bebas dari manusia 'dibatasi' oleh yang namanya kehendak Tuhan atau orang sering menyebutnya dengan takdir.

Jika orang menganggap tidak ada Tuhan, dengan demikian tidak ada kehendak Tuhan juga, maka mereka tidak perlu menerima kepastian akan adanya kematian yang merupakan satu2nya bukti kuat akan adanya kehendak Tuhan sebagai sebuah hal yang menjadi pertimbangan walaupun nantinya akan dibahas hal lain yang bisa dijadikan pertimbangan utama. Karena kematian dengan berbagai cara adalah keniscayaan maka unsur kehendak Tuhan disini akan tetap saya bawa dalam argumen2 mengenai kehendak bebas yang berikutnya.

Kehendak bebas itu memang merupakan sarana bagi manusia untuk menentukan hidupnya kelak. Kehendak bebas memampukan manusia untuk secara pribadi memutuskan ke arah mana ia akan melangkahkan kakinya dan mencari tujuan hidupnya. Oleh karena itu mau jadi apa kita kelak tergantung pada kehendak bebas kita. Akan tetapi tidak serta merta kehendak kita akan membawa kita pada apa yang kita dambakan,masih ada proses panjang yang pantas kita lewati untuk menguji kemurnian dari kehendak bebas kita dan juga menguji seberapa kuat kehendak kita itu.

Ketika kita dihadapkan pada sebuah masalah atau hambatan yang bisa menggagalkan mimpi kita, pada saat itulah sebenarnya kemurnian kehendak bebas kita ditantang atau diuji, bagaikan emas yang diuji dalam bara api.

Nah apa yang bisa menyebabkan kehendak bebas kita mandeg atau tertahan bahkan terhenti? jawabannya hanya satu yaitu kehendak Tuhan. Lalu pertanyaannya kemudian adalah kalau kehendak Tuhan yang bisa menggagalkan kehendak bebas kita, artinya kehendak kita menjadi tidak bebas lagi? Bagaimana menyelesaikan dilema ini?

Kehendak bebas kita adalah turunan dari kehendak bebas Tuhan. Oleh karena itu kebebasan disini mengandung unsur jumlah kekuatan. Secara singkat bisa kita katakan bahwa kehendak bebas manusia dan Tuhan memiliki kualitas yang sama namun dengan kuantitas yang berbeda. Pastilah kita akan menyimpulkan bahwa kuantitas dari kehendak bebas Tuhan lebih besar karena Tuhanlah yang menganugerahkan kehendak bebas kita. Dengan demikian jelaslah bahwa memang Tuhan lebih berkuasa dalam hal berkehendak namun pada skala tertentu manusia memiliki kebebasannya untuk memutuskan dan melakukan sesuatu dan dengan demikian pula dilema mengenai kemahakuasaan Tuhan dan kehendak bebas manusia terjawab.

Apakah ada keadilan dalam sebuah takdir? Karena takdir menyangkut masalah kebebasan kehendak manusia maka akan kita bahas mengenai hal ini. Takdir adalah cara misterius yang Tuhan tunjukkan pada kita untuk mengetahui maksud dan tujuan kehendakNya. Mengapa saya sebut misterius karena mengandung unsur ketidakjelasan dan menjadi sebuah pertanyaan tanpa ada jawaban yang pasti mengenai hal ini. Namun di sisi lain takdir sebenarnya juga mengandung unsur kebebasan manusia. Tidak ada yang murni takdir dari Tuhan karena tidak ada kecelakaan atau bencana yang tidak melibatkan kehendak bebas manusia.

Bahkan sepasang pendaki Jerman yang mati karena kejatuhan batu sebesar rumah di atas gunung Merapi (pasar bubrah-red) pun bukan karena takdir buta artinya dari kehendak Tuhan semata, bahwa Tuhan menghendaki mereka kejatuhan batu, namun lebih pada kehendak bebas dari manusianya sendiri yang mengambil keputusan untuk mendaki gunung dengan resiko mengalami bencana. Jika kita mau mengambil contoh yang lain misalnya seorang yang meninggal karena serangan jantung saat dia duduk2 di depan terasnya. Sebagian besar orang mengatakan bahwa itu memang sudah waktunya untuk dipanggil. Namun sadarkah kita jika penyakit jantung itu mungkin dibangun dalam dirinya dalam kehendak bebasnya? Nah bagaimana dengan orang yang menanggung cacat sejak lahirnya dan mati akibat kecacatannya? apakah keadaan mereka juga akibat dari kehendak bebas mereka sendiri?

Kecacatan dapat dilihat dari dua sisi: sisi positif dan negatif. Kita memiliki kecenderungan bahwa kecacatan selalu bernilai negatif karena memang menyusahkan dan tidak membuat kebahagiaan. Inilah yang menyebabkan banyak orang tidak mau menerima dengan lapang dada keadaan yang diberikan (given) kepada mereka. Skala penilaian baik buruk antara Tuhan dan manusia memang berbeda, demikian pula dengan kecacatan. Tuhan melihat semua baik adanya sedangkan manusia melihat kecacatan sebagai unsur negatif atau bahkan kutukan Tuhan. Jika mereka mengalami kematian karena kecacatannya, siapakah yang bertanggung jawab atas hal itu? Kehendak bebasnyakah yang menginginkan dia mati atau kehendak Tuhan? Kecacatan seseorang tidak akan pernah membuahkan kematian jika tidak ada campur tangan dari manusia itu sendiri baik dirinya sendiri maupun orang lain yang menanganinya. Artinya jika seseorang diperkenankan hidup, walau dengan kecacatan, ia akan tetap hidup karena kehendak Tuhan mengatakan demikian namun kematian disini pastilah mengandung unsur kebebasan dari kehendak manusia yang menerima, merawat, dan memperhatikan dia.

Dari ulasan diatas, jelaslah kini bahwa kehendak bebas manusia adalah manifestasi kecil dari kehendak Tuhan yang selalu ada di sekitar kita. Kita bisa membuat takdir kita sendiri (we are the master of our own destiny) dan di sisi lain kita memang perlu menyelaraskan kehidupan kita dengan kehendak Tuhan sehingga hidup kita merupakan sebuah perjalanan panjang peziarahan akan rahmat kehendak bebas manusia!

Bermimpilah yang besar dan jangan lupa diskusikanlah mimpimu kepada Dia yang memiliki kehidupan!

GARUDA YANG TERLUKA!

GARUDA YANG TERLUKA!
(sebuah ulasan akan jiwa yang gundah)

Baru2 saja kita rakyat Indonesia tertunduk lesu melihat kekalahan para Garuda muda di pentas final sepak bola SEA GAMES ke 26 di kandang sendiri.....rasa kesal, rasa gundah, rasa marah bercampur aduk dalam sebuah nuansa kekalahan......

Banyak pihak yang mencoba membuat komentar2 dalam status BBM ataupun status2 di situs2 jejaring sosial yang intinya tetap mengajak bangsa Indonesia tetap menegakkan kepala karena kekalahan dalam sebuah pertandingan adalah hal yang lumrah.. namun benarkah demikian??

Selama 20 tahun sudah kita menunggu momen yang tepat untuk merebut kembali gelar juara di tanah air, namun hal itu sepertinya nampak tidak mungkin sekarang mengingat kekalahan yang sudah kita telan semalam....pernyataan wajar dalam benak setiap orang: Ada apa dengan timnas Indonesia? walau sudah banyak orang mecoba membuat analisa menurut pendapat mereka masing2, namun sudahkah kita menyadari bahwa akar dari ini semua, menurut saya, adalah ketidak seimbangan antara skill atau kemampuan kinerja dengan mental dari bangsa kita.

Saya mengatakan disini mental bukan hanya mental individu saja melainkan juga mental bangsa secara keseluruhan. Mental bangsa kita sekarang ini terpuruk dalam sebuah jurang yang hanya bisa diangkat lewat sebuah niat bersama untuk merubahnya tidak hanya dari segelintir kita melainkan juga lewat semua elemen masyarakat.

Step2 atau langkah2 yang bisa diambil adalah:

1. Budayakan untuk mengatakan 3 kata kunci: tolong, maaf, dan terimakasih! bukankah 3 kata kunci ini merupakan ajaran nenek moyang kita ketika kita masih kecil?

Kata 'tolong' ketika kita memang membutuhkan pertolongan dan tidak perlu sungkan2 bahkan gengsi untuk memintanya dan buatlah semangat menolong sebagai semagat yang selalu hidup dalam masyarakat....jika memang semangat ini disalahgunakan kita tidak pernah merasa rugi untuk menolong orang walaupun orang itu mencoba mengambil keuntungan daripadanya.

Kata 'maaf' adalah senjata yang ampuh untuk menerima kesalahan dan kekalahan tanpa harus mencari kambing hitam dan kambing putih. Di Indonesia kata maaf memang sangat banyak terdengar namun apakah maaf itu hanya sekedar kata? maaf itu mengandung unsur pertanggung jawaban. Artinya kita harus dengan jiwa besar bisa melihat mengapa kita bisa salah dan kalah, lalu mengambil langkah yang sekiranya perlu. Jika kita merasa tidak mampu kita bisa memberikan kesempatan itu pada orang lain yang mungkin merasa lebih mampu. Artinya pertanggung jawaban kita mengandaikan kita merugi dalam berbagai aspek namun kita bisa mengambil manfaat dari kebesaran hati kita dengan kata lain menghilangkan keserakahan diri kita. Banyak pejabat Indonesia yang melontarkan kata maaf namun tidak serta merta diikuti dengan tindakan nyata rasa maaf itu. Secara lugas kita bisa mengatakan "Mundurlah jika memang tidak mampu." atau "Teruskan jika memiliki terobosan yang tidak dimiliki banyak orang!" memang implikasi dari kata maaf ini bisa mencapai kedalaman yang tidak pernah kita bisa duga sebelumnya.

Kata 'terimakasih' adalah kata yang paling indah yang menunjukka keagungan indonesia dan kerendahan hati menerima segala keberhasilan sebagai usaha bersama bangsa dan bukan karena diri sendiri. Ucapan terimakasih seringkali kita dengar saat ada keberhasilan dan kemenangan, namun tidak untuk KESEMPATAN dalam kekalahan dan kegagalan. Seharusnyalah kita mengucap terimakasih atas segala kesempatan dan hasil yang sudah kita capai. Terimakasih kita bukan untuk kekalahan dan kegagalan kita tetapi kepada semua orang yang telah memberikan kesempatan untuk kalah dan gagal dan untuk semua orang yang tetap mendukung walau dalam kekalahan dan kegagalan. Terimakasih akan mendidik kita untuk bisa menatap masa depan lebih gemilang.

2. Budayakan berpikir dan mengerti hukum tentang kebebasan dan tanggung jawab.

Negara kita adalah negara yang bebas, namun kebebasan itu tidak bisa diartikan sebagai tindakan terserah yang cenderung ngawur, tindakan yang seperti itu malah dinilai tindakan yang tidak bebas. Tindakan bebas itu dibedakan menjadi dua: bebas dari dan bebas untuk. Untuk hal yang pertama bebas dari, kita menyadari bahwa kita sudah terbebas dari segala macam bentuk penjajahan, tapi apakah benar demikian? ternyata tidak! kita tidak benar2 terbebas dari budaya ikut2an dan budaya bertahan pada situasi yang nyaman. Penjajahan pikiran lebih berbahaya daripada penjajahan secara fisik karena di dalam penjajahan pikiran kita tidak betul2 menyadari bahwa kita terjajah, dan yang lebih parahnya penjajahan pikiran cepat sekali menyebar. Nah kita harus terbebas dari itu semua.

Bebas untuk adalah bebas untuk menentukan sebuah tindakan. Namun jangan hanya berhenti pada titik itu, kita harus lebih berpikir maju mengenai kebebasan mengambil sebuah tindakan, karena didalam tindakan terkandung tanggung jawab. Contoh sederhana: melanggar lampu merah itu adalah kebebasan namun tanggung jawabnya adalah jika mengalami kecelakaan maka tanggung jawab itu harus kita ambil sebagai konsekuensi logis. Apakah kita siap akan hal itu?

3. Budayakan membaca!

Apakah kita tahu ada berapa banyak manfaat dari membaca? mungkin yang sudah kita tahu adalah menambah wawasan. Namun apakah kita tahu bahwa membaca juga bisa merubah mentalitas kita? Membaca itu adalah sarana untuk bertahan dalam situasi yang sulit, sarana untuk memahami orang lain, sarana untuk melunakkan ke-sok-tahuan kita, dan sarana untuk mengasah daya nalar dan daya refleksi kita. Berapa banyak orang Indonesia yang membaca setiap harinya? Membaca disini membaca media apa saja yang berisi tulisan dan juga pemahaman yang membutuhkan proses menerima-mengolah-dan memutuskan. Bangsa kita sudah lelah sebelum membaca......apakah benar demikian...jawaban saya: MEMANG!

Buktinya Indonesia lebih condong mengutamakan tontonan daripada buku-buku. Ada banyak orang yang menjadi plagiat karena malas membaca. Ada ribuan orang yang tertipu karena tidak membaca MoU yang sudah dilemparkan atau setidak2nya bertanya jika ada yang tidak jelas.

Kembali lagi ke masalah kekalahan timnas muda kita. Apakah ini lumrah?? jawabannya tidak. Ini hanyalah puncak dari gunung es ke-infantilan mentalitas kita yang malas kita olah dan malas kita tilik kembali karena sudah menjadi semacam sampah dalam diri kita namun kita malas untuk membersihkannya.

Apakah kita mampu menggenggam kemenangan, bukan kemenangan bangsa kita tetapi kemenangan atas pembangunan mental kita masing2 yang akan berujung pada sebuah hadiah istimewa yakni kejayaan mental bangsa dimasa datang. Tidak hanya dalam setiap pertandingan kita akan mengalami kemenangan namun juga dalam perundingan, dalam harga tawar terhadap bangsa lain, dan juga kemenangan dalam menanggulangi setiap masalah yang ada dalam diri bangsa kita.

Padamu negri kami mengabdi!!!!

Selasa, 17 Juni 2008


Memandang keluar adalah sebuah cara seseorang bisa mengambil jarak dari dirinya dan menilai secara obyektif tentang dirinya.

Namun seringkali kita melupakan satu hal yang prinsip yakni sebelum kita memandang keluar hendaklah kita selami terlebih dahulu diri kita.....

Contro-Version

Dear readers,

terimakasih telah mengunjungi blog saya....blog ini berisi tulisan2 yang saya olah lewat refleksi2 saya setiap hari. Semoga bisa membuat anda sekalian tergugah untuk merajut asa dan bangkit menemukan makna kehidupan baik secara pribadi maupun secara komunal....

tulisan2 ini hasil murni dari gerak batin dan budi saya...jika ada yang kurang berkenan silahkan dikomentari...saya akan sangat senang berdiskusi dengan anda sekalian.....

tetap semangat!!!